Dimulai dari suatu perkenalan
Pada mulanya, ini bukanlah kita
Karena alkisah kita adalah mereka
Dan mereka adalah bagian dari kita
Kita mata tunas baru
Tunas muda terlepas dari induknya
buah matang jatuh tertolak pohonnya
Bergulir dan bergerak
Berjalan lewati semak belukar
Berhenti dan tertahan
Di antara tatapan seribu lumut hijau
Tapi jangan tunggu apa lagi
Jangan biarkan buah itu busuk
Jangan kau lihat ulat menerkam, menggeliat
Karena ulat adalah kemalasan
Kesombongan lagi kehancuran
Hai pemimpinku
Janganlah kau ragu
Beranjaklah dari kursimu
Kerahkanlah tenagamu
Pusatkan pikiranmu
Rendahkanlah dirimu
Jadilah pelayan rakyatmu
Jangan biarkan tikus menggigit kasutmu
menggerogoti hati kalbumu
Hingga kau lupa buah ucapmu
Hai kawula muda
Inilah saatnya
Ketatkan barisanmu rapatkanlah
Tegaplah di samping pemimpinmu, rakyatmu
Genggam tangan sisi kiri dan kananmu
Tolak mereka lewat masuk
Mereka datang lalu pergi
Pasir dan tanah mereka bawa pergi
Janganlah tertipu ! Di manalah ketakutan hakiki
Karena tanah kita tiduri
Terkikis lemah oleh materi
Mengikis semua bintang di angkasa
Untuk bangun kota mandiri
Hai semua umat
Kita ini adalah satu
Dan satu untuk bersama
Dalam satu nama dan tujuan
Kota Tangerang Selatan
Cerdas, Modern dan Religius
Meski kabut turun datang
Pelajari, kuasai dan hancurkan
Dalam satu bayangan siang
Berbanggalah kotaku Tangerang Selatan
Tanpamu Jakarta tak germelap
Tanpamu Banten kehilangan arah
Karena kau buat tanah air bangga
Akhirnya tunas baru akan tumbuh jua
Inilah perhantianku untukmu
Puisiku, Pusaka isi hatiku
Oleh : Jendra Riyan Dwiputra
0 komentar:
Posting Komentar